Sabtu, 17 Oktober 2015

Tumbu oleh tutup



Tumbu Oleh Tutup

Seorang rohaniawan mengaku dengan pedenya, bahwa dia seorang homoseks. Diantara banyak pendapat yang kontra, ternyata tak sedikit orang yang mengagumi keberaniannya berterus terang. Bahkan tak sedikit yang bersimpati atas “kemalangannya” karena mendapat penyakit ngisin-isini dari Tuhan Yang Maha Kejam. Selanjutnya rasa simpati berkembang jadi dukungan untuk membela hak-hak azasi (dis) orientasi seksualnya.

Lihatlah betapa jadi goblognya pendapat yang menyatakan, bahwa bolang-baling yang gede panjang baiknya berpasangan karo apem yang bunder dan empuk. Lihatlah pula, betapa logisnya proses pemikiran manusiawi, sampai lalu berkesimpulan, bahwa Tuhan Yang Maha Sadis berada pada pihak yang salah, ketika meng-eksekusi penduduk Sodom dan Gomorah. Bahkan ada tulisan ngawur dari rohaniawan homo yang menyatakan bahwa Tuhan tidak menghukum penduduk Sodom dan Gomorrah karena homoseksualitas. Mereka dihajar hujan batu panas sampek modiar, karena mereka males, tidak menghormati tamu dan tak peduli pada kaum fakir miskin. Maka tak heran ada Negara adidaya tempatnya para cerdik pandai berolah saraf otak yang kemudian melegalkan perkawinan sejenis.

Kemudian, cobalah pula dipahami betapa sulitnya Nabi Luth as ketika mencoba mengomongi umatnya : “Oalah, bocah-bocah umatku kabeh, ning ngendi wae, sing arane tumbu kuwi ya apike duwe jodo sing jenenge tutup. Mosok ana tumbu berduel karo tumbu. Padha lucune karo tutup sing bermesraan karo tutup. Njenengan kabeh kuwi wis ora normal.”



Lalu mereka menjawab sambil berkedap-kedip kemayu : “Oalah, Bapa Luth, sampeyan durung pirsa, betapa asyiknya tumbu guyon karo tumbu lan bagaimana nyamlengnya tutup gojek karo tutup.”

Para sedherek sutrisna, cukuplah kisah umatnya Nabi Luth menjadi kaca benggala bagi kita semua. Ora usah gawe acara neka-neka sing rada nggilani. Tuhan itu tetep adil. Akal kita yang tidak nyandhak melihat kejadian2 alam. Di dunia bul-bul ini, ada seseorang yg menyandang selera homoseks, ada yang lahir dengan mata buta, telinga tuli, ada yang tanpa tangan atau cacat mental dll. Sebaliknya ada yang lahir dari ortu yang sugih mblegedhu, bocahe wis pinter tur ayu sisan. Akal kita memang ora nyandhak lalu menuduh Tuhan pilih kasih dan tak adil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar