Sabtu, 17 Oktober 2015

Ranting dan Pokok

MANA RANTING MANA POKOK

Konsep Revolusi Mental mulai dipertanyakan. Dulu, kita pernah punya konsep "Pembangunan Manusia Seutuhnya" yang dibarengi dengan P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Hasilnya sami mawon. Politikus yang nggak jelas jenis kelaminnya, Bu M malah melempar wacana penghapusan pelajaran agama dari kurikulum pendidikan. Katanya : "Pelajaran agama hanya menghasilkan koruptor, seperti di Indonesia, India dan Saudi Arabia. Negara maju sudah lama menghapus pelajaran agama dari kurikulum pendidikan mereka."

Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah buah dari penegakan hukum yang adil dan tegas. Kita semua, ya kita semua termangsuk Kejaksaan, Kepolisian dan Kehakiman, kudu menganjurken kebaikan dan mencegah keburukan. Bila ada penjual miras mengecerkan minuman oplosan, harus segera dibeslah. Bila ada tempat karaoke malah memberikan layanan menu ihik-ihik, kudu ditutup. Pengedar narkoba, penjilat di kantor pemerintah dan swasta, pedagang curang, pemborong nakal, pembuat bakmi berformalin, sami mawon, mesti ditindak. Ndak usah takut dikira sebagai anggota FPI. Kepada para sedherek yang masih baek, hendaknya terus diberiken contoh perbuatan baik dan motivasi untuk terus jadi wong apik.



Dalem istilah populer, konsep itu sekaligus langkah operasionalnya disebut AMR MAKRUF NAHI MUNGKAR. Jangan terjebak pada masalah ranting kayak Revolusi Mental, P4 dan Konsep Pembangunan Manusia Seutuhnya. Amr makruf nahi mungkar itulah yang pertama dan utama kudu diterapkan untuk membersihken internal kita dari para bedebah. Selama ini mereka hidup aman karena mendapat suaka margasatwa disana, lalu ngingu para penjahat sebagai ATM hidup.

Kata Oom Ainun Najib : "Orang-orang barat itu bukannya berjiwa tertib, tapi mereka jirih banget. Takut sama sangsi hukum yang tegas. Ijik luwih kendel wong Medura, Cak !"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar