Sabtu, 17 Oktober 2015

DAGING SAPI STORY

DAGING SAPI SETORI

Daging-e laka, nang ngendi pasar ko ora nana. Ari ana ya regane selangit. Ada kartel daging sapi. Ada mafia daging sapi. Pemerintah tidak becus. Peternak lokal kurang profesional. Ini bisa mengancam kondisi gizi rakyat, terutama anak-anak yang sedang ber-tumbuh kembang.



Wis mangan iwak laut bae, kita kaya ikan laut. Ikan laut murah, ning solar nggo BBM kapal tetep larang. Wis ganti lawuh tempe tahu. Tapi kedele-nya impor dari Amerika. Yaa, padha bae, owh. Pimen rika Uum, ampun ah !

Rakyat kecil memang cerewet. Berbeda dengan kaum berduit, harga berapapun dibayar without any cangkeman.

Setelah rakyat capek berdebat, lapar, mereka lalu mangan sak anane, njuk ngantuk. Di saat semua turu ngleker, para politisi mengadakan deal dengan pengusaha untuk melakukan impor daging. Pesaing berat yaitu PKS sudah masuk bui. kini saatnya partaiku meraup untung dari impor sapi.

Ternyata, rakyat sare (glangsaran kaya kere) sampek lamaa sekali, ratusan tahun, kayak Ashabul Kahfi. Saat mereka terbangun, jaman sudah berganti. Raja Kafir telah lama mangkat diganti seorang Pesinden. Haa, Pesinden ? Iyaa ! Pesindeen ! Kayak kamu, sayang ?! Pesinden, hasil pemilu berdasarken pilihan rakyat yang harga suara sak gundulnya bernilai 50 ribuan rupiah. Sekarang jaman yang trully reja, daging tak lagi langka. Rakyat merasa bergumbira. Hilang duka lara dan nestapa. Di meja sudah ada hidangan daging sapi. Soto penuh Mono Sodium Glutamat zat kimia penyebab kangker, nasi bungkus rendang full of colesterol, bakso ber-formaline dan terik thethelan dimasak bumbu alot afkiran dari rumah makan.

(dari jauh terdengar anak2 TK lagi belajar bernyanyi disebuah gedung besaaar yang atapnya mirip sayap kupu-kupu tapi cembung : "Disini senang, disitu senang, dimana-mana hatiku senang, disini senang ...disitu senang siapapun jua ikut senang, Lalalalaa lala, lalalalaaa lala, lalalalaa lala, lalalalaaaaa"


Tidak ada komentar:

Posting Komentar