MEDIA BERITA, MEDIA PENGADU DOMBA RAKYAT
sesama pendukung goblog seorang CaKaDa
mbok ya akur..
Media berita, bahu membahu dengan
media sosial mengibarkan the spirit of
tumbak cucukan (seneng lapuran, wadul atawa sedikit2 curhat). Berita
kontroversial yang mengundang pro kontra, soal pulitik, agama, etnik, di goreng
lalu di sharing ke media sosial. Ada juga bola panas dari khasanah PilGub DKI.
Kata mereka para kawan : "Pilih
makan daging kambing curian atawa daging babi hasil pembelian ?"
Jadi CaGub yang muslim, without any pengadilan, sudah pasti
harus koruptor (kambing curian). Knapa begitu, karena di Indone Sini, yang
mayoritas muslim, maka koruptornya 99,99% adalah muslim. Jadi, setiap CaGub
muslim, besar kemungkinan bukan golongan yang 0,01%. Secara logika, mestinya, Syech Non
Muslim soeda barang temtoe adalah golongan Super Jujur. Meski babi tapi ditanggung bukan
colongan, dengan bukti bahwa dia brani berkata keras. Orang kaluk brani berkata
keras, clebang-clebung, pasti nggak ada beban, pastilah tak menyembunyikan
sesuatu kebusukan dalem amalnya. Pasti Jujur !
Secara
gampangan, formula, logikanya jadi begini. Karena hal A, maka ada gejala B. Jadi bila ada
gejala B tentulah sebabnya hal A. Bila motor digeber ngebut, pasti speedo meternya menunjuk
angka 80. Jadi kapan2, kaca speedo meter motorku akan kulepas, lalu jarumnya
tak tarik pelan2, pasti motorku akan melaju. Bila tak tarik lagi sampek angka 80,
pasti motorku melesat. Sungguh logika
yang teramat cerdas.
Dengan logika simpel ini, CaKaDa muslim (mesti korupsi) bakal kalah pamor duluan. Tapi sayangnya mereka tak tega berkata kotor. Padahal berkata kotor itu kunci sukses. karena yang brani berkata kotor, clebang-clebung, pasti hatinya bersih dan mesti jujur.
Dengan logika simpel ini, CaKaDa muslim (mesti korupsi) bakal kalah pamor duluan. Tapi sayangnya mereka tak tega berkata kotor. Padahal berkata kotor itu kunci sukses. karena yang brani berkata kotor, clebang-clebung, pasti hatinya bersih dan mesti jujur.
Kejadian media pemberitaan
menggeber semua berita agar khalayak ramai ber-reaksi, entah reaksinya baik
entah buruk, persis seperti lapuran anak TK pada gurunya. Katanya : "Bu
Guyuu, Mas Anu tadi ngomong saru. Dia
ngomong k****l." Lha Bu Guru tentu saja njenggirat kaget. Dalam hati Beliau
ketawa ngakak. Tapi demi etika, maka Beliau pura2 marah dan Mas Anu yang suka
ngomong Anu, yaitu alat penting buat Anu, lalu dijewer.
Hanya saja, di dunia internet, yang
marah bukan Bu Guru yang penuh cinta dan permakluman, tapi para netizen yang hidup
se-hari2nya kurang bahagia. Mereka yang hatinya galau sebab bar diseneni boss-e.
Dia yang hatinya morat-marit karena dimotivasi oleh teroris tulen. Para
penyabung yang ayam jagonya kalah
bertarung. Atauu para Ban Serep, yaitu pemuda yg secara resmi punya pacar, tapi
ternyata cumak buat batu loncatan, dan ceweknya habis nelpon, mengumumkan
putus karena sudah nemu wong goblog yang lebih keren.
Mereka mudah diadu-domba. Maka terjadilah hujan caci maki dan
saling mencela. Komentar yang lalu dikomentari yang kemudian dikomentari lagi
dst sampek mbulet. Komentar yang beranak pinak dan ber MLM. Media pemberitaan laku keras. Rakyat sekarat, media kuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar