Selasa, 08 Maret 2016

ESLAM NUSWANTARAA



AH, IKI MESTI SENTIMEEEN. SENTIMEN PO, YA ?
jare kata situ, jangan liak seseorang dari luarnyaa

Sohibku bergaya filosof, kata2nya sering bernas. "Intan itu, ya.. meskipun berada di mulut anjing gudigen yang nyakotan tur nggilani, tetaplah berderajat batu mulia utama," katanya dalam satu sesi kuliah Sorsem (ngisor wit asem). Mungkin, teman2-nya dianggep cukup potensial derajad ke-goblog-annya, sehingga patut dianggep murid2 yang cuma bisa monthak-manthuk.

Di sesi kuliah ngebuk (jagongan di buk jembatan), dia kembali berkhutbah : "Janganlah jangan ente menilai martabat seseorang cuman dari penampilan luarnya. Eh, siapa tahu, dhapukannya kaya buajingan, jebul dia seorang dermawan yg lagi menyamar. Dandanannya kayak buta terong, jebul dia dewa yang ngejawantah," katanya lagi. Ooouuw, betapa bijak bestarinya my big brotha ini.



Satu saat, pas jalan2, ada wong Islam jenggoten pakai baju gamis lagi berdakwah dalam modus berbincang akrab dengan preman2 terminal. Kali ini temanku berkata lain : "Sunan Kalijaga tu ndak gituuuuu. Walao agamanya Selam eh Eslam, waliii lagi, pakeannya tetep sesuai dengan jati diri orang Jawa. Mbok jangan ke-arab2-an gitu, lhooo ? Njelehii ! "

Lalu ditambahkannya : “Kita ini orang Islam Nusantara. Bukan Islam Arab. Negeri para barbar saru pengendara onta. Kita kan udah punya baju Nusantara, sesuai dengan alam tropis. Kenapa pake rok krembyah2, kaya bencong !”

(Lho, apa bahan kuliah sesi Sorsem lan sesi Ngebuk udah di amandemen, po ?)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar