AH, IKI MESTI SENTIMEEEN. SENTIMEN
PO, YA ?
jare kata situ, jangan liak seseorang
dari luarnyaa
Sohibku bergaya filosof, kata2nya
sering bernas. "Intan itu, ya.. meskipun berada di mulut anjing gudigen
yang nyakotan tur nggilani, tetaplah berderajat batu mulia utama," katanya
dalam satu sesi kuliah Sorsem (ngisor wit asem). Mungkin, teman2-nya dianggep
cukup potensial derajad ke-goblog-annya, sehingga patut dianggep murid2 yang
cuma bisa monthak-manthuk.
Di sesi kuliah ngebuk (jagongan di
buk jembatan), dia kembali berkhutbah : "Janganlah jangan ente menilai martabat seseorang cuman dari penampilan luarnya.
Eh, siapa tahu, dhapukannya kaya buajingan, jebul dia seorang dermawan yg lagi
menyamar. Dandanannya kayak buta terong, jebul dia dewa yang ngejawantah,"
katanya lagi. Ooouuw, betapa bijak bestarinya my big brotha ini.
Satu saat, pas jalan2, ada wong
Islam jenggoten pakai baju gamis lagi berdakwah dalam modus berbincang akrab
dengan preman2 terminal. Kali ini temanku berkata lain : "Sunan Kalijaga
tu ndak gituuuuu. Walao agamanya Selam eh Eslam, waliii lagi, pakeannya tetep
sesuai dengan jati diri orang Jawa. Mbok jangan ke-arab2-an gitu, lhooo ?
Njelehii ! "
Lalu ditambahkannya : “Kita ini
orang Islam Nusantara. Bukan Islam Arab. Negeri para barbar saru pengendara
onta. Kita kan udah punya baju Nusantara, sesuai dengan alam tropis. Kenapa
pake rok krembyah2, kaya bencong !”
(Lho, apa bahan kuliah sesi Sorsem
lan sesi Ngebuk udah di amandemen, po ?)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar