Jumat, 11 Maret 2016

HARA-KIRI, HARA-KANAN dan HARA-KERE
hikayat jenderal yang tak tahu malu

Lain nugerri Jepun (Indone Sana) lain pula negeri Indone Sini. Di Jepun, konon jenderal yang pasukannya kalah perang, merasa sangat marru kepada Kaisar. Lalu dilakukannya tindakan hara kiri (merajang usus sendiri). Mungkin dalem pikirnya : “Gue tak burruguna ! Negara terah mumburi fasiritas, kuhurumatan, kesempatan untuk burubuat baik pada Negara, tapi gua tida bucus ! Maru aku maru, rrubih baik saya mati saja, daripada hidup munanggung marru !” 

Njuk dikeluarkenlah pedang Katana yang super tajam dengan ukuran lewih pendek daripada pedang samurai. Dengan hati hancur karena malu, dipertanggung jawabkennya keteledorannya dengan menyerahkan nyawanya ke haribaan Tenno Haika. Pedang setajam silet ditubleskan ke perut sendiri. Darah memancar. Sambil meneguhkan tekad, digerakkannya sisi tajam yang terhunjam, kearah mendatar dan vertikal. Darah makin menyembur. Giginya gemeretak menahan sakit, tak satu keluhanpun terucap, Jiwanya bergairah gilang gemilang karena telah mampu menjaga kehormatan. Ususnya terpotong-potong, brodol. Darah perwira bertanggung-jawab, jenderal yang masih punya urat malu, membasahi bumi negeri. Menjadi tetenger untuk generasi penerus, bahwa demi “bagimu negri”, tidak cukup berbuat baik, harusnya amat sangat baik.


Itu di negeri Indone Sana. Lha di Indone Sini (The Home Land of Lenggak-lenggok nDangdut), Bila ada kesalahan fatal, Sang Pemimpin ndak brasa malu sedikitpun, tapi malah marah. Dilakukannya tindakan HARA KANAN sekaligus HARA KERE. HARA KANAN, ialah belagu suci. Berlagak pilon yang plin-plan. Merasa dirinya paling benar (rumangsa golongan kanan, on the right side). Yang lain goblog, kurupsi, FPI, Arab ekstrimist dll.

Sedangken HARA KERE, ialah bertindak kere. Bukannya cancut tali wanda, rembugan mencari jalan keluar atas kesalahan kolektif, tapi malah mem-bajingan-kan pasukan yang memang sudah bingung karena terlalu sering diumpat goblog. Katanya dengan nada tenor : “Kalian semua bajingan. Korupsi sudah mengerak di otakmu. Buat apa saya bayar mahal2. Kalian semua salah, kecuali saya. Kalian semua koruptor akut, kecuali saya. Awas, kalian akan saya laporkan ke pihak yang berwajib !”


Lalu para pemujanya, yang ndak pernah telaten mben ndina mbaca Surah Al Kahfi ayat 1-10, dan oleh karenanya mata hatinya burem jadi mudah tertipu akal Dajjal, makin ter-mehek2, meng-idola-kan-nya. Mereka malah surak2 memuja Pemimpin yang cangkeman, walao secara combat proven telah ber-kali2 error.

Kata mereka : :Inilah pemimpinku yang berani. Memang mulutnya ceplas-ceplos, tapi hatinya jujur. Ceplas-ceplos itu pertanda Bliaow ndak punya beban, ndak menyembunyikan rahsia selingkuh. Kakehan Cangkem Itu pertanda kejujuran.”

Para pemujanya, yang ber-etnis Jawa, mungkin pula sudah lama melupakan pesan2 bijak Para Datuk, Syech, Ki Ageng serta Tetua Tanah Jawa yang berbunyi " Tandane uwong sing durung bisa rumangsa, yaiku seneng mbenerke awake dewe lan seneng nyalahke liyan."

 

(dari pesawat tivi terdengar cemoohan Bang Komeng : "Huuu ... Huiiii !")

Tidak ada komentar:

Posting Komentar