Tumbu Oleh Tutup
Seorang rohaniawan mengaku dengan
pedenya, bahwa dia seorang homoseks. Diantara banyak pendapat yang kontra,
ternyata tak sedikit orang yang mengagumi keberaniannya berterus terang. Bahkan
tak sedikit yang bersimpati atas “kemalangannya” karena mendapat penyakit
ngisin-isini dari Tuhan Yang Maha Kejam. Selanjutnya rasa simpati berkembang
jadi dukungan untuk membela hak-hak azasi (dis) orientasi seksualnya.
Lihatlah betapa jadi goblognya
pendapat yang menyatakan, bahwa bolang-baling yang gede
panjang baiknya berpasangan karo apem yang bunder dan empuk. Lihatlah pula,
betapa logisnya proses pemikiran manusiawi, sampai lalu berkesimpulan, bahwa
Tuhan Yang Maha Sadis berada pada pihak yang salah, ketika meng-eksekusi
penduduk Sodom dan Gomorah. Bahkan ada tulisan ngawur dari rohaniawan homo yang
menyatakan bahwa Tuhan tidak menghukum penduduk Sodom dan Gomorrah karena
homoseksualitas. Mereka dihajar hujan batu panas sampek modiar, karena mereka
males, tidak menghormati tamu dan tak peduli pada kaum fakir miskin. Maka tak
heran ada Negara adidaya tempatnya para cerdik pandai berolah saraf otak yang
kemudian melegalkan perkawinan sejenis.
Kemudian, cobalah pula dipahami
betapa sulitnya Nabi Luth as ketika mencoba mengomongi umatnya : “Oalah,
bocah-bocah umatku kabeh, ning ngendi wae, sing arane tumbu kuwi ya apike duwe
jodo sing jenenge tutup. Mosok ana tumbu berduel karo tumbu. Padha lucune karo
tutup sing bermesraan karo tutup. Njenengan kabeh kuwi wis ora normal.”
Lalu mereka menjawab sambil
berkedap-kedip kemayu : “Oalah, Bapa Luth, sampeyan durung pirsa, betapa
asyiknya tumbu guyon karo tumbu lan bagaimana nyamlengnya tutup gojek karo tutup.”
Para sedherek sutrisna, cukuplah
kisah umatnya Nabi Luth menjadi kaca benggala bagi kita semua. Ora usah gawe
acara neka-neka sing rada nggilani. Tuhan itu tetep adil. Akal kita yang tidak
nyandhak melihat kejadian2 alam. Di dunia bul-bul ini, ada seseorang yg
menyandang selera homoseks, ada yang lahir dengan mata buta, telinga tuli, ada
yang tanpa tangan atau cacat mental dll. Sebaliknya ada yang lahir dari ortu
yang sugih mblegedhu, bocahe wis pinter tur ayu sisan. Akal kita memang ora
nyandhak lalu menuduh Tuhan pilih kasih dan tak adil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar