Rabu, 02 Desember 2015

Sst kita lagi diamati semut, hati-hati ..

DIRASANI SEMUT-SEMUT

Di rumah kita semua, ada banyak komunitas semut. Ada semut pohon yang hitam dan rasanya pedas. Ada semut Rang-rang, semut Geni dll. Tahukah ente sekalian, keberadaan semut itu bisa kita mangfaatken buat menambah kredit poin. Bila mau nge teh, ambil sesendok wedang teh manis, letakkan di lepek, lalu taruh di tempat yang dilalui semut.

Mereka akan merubungnya, nge teh kayak kita, setelah kenyang, bisa jadi mereka juga antop (bersendawa) secara berjemaat sampek bunyi : "Hoooiik, alkhamdulilah." Lalu semut-semut yang merasa marem itu memohonkan kebaikan bagi kita kepada Allah SWT. Njuk Moloikat akan mencatat bahwa pagi itu, kita telah dihitung beramal 500 kebaikan karena menyantuni 500 ekor semut. Satu kebaikan diberi ganjaran pahala melebihi nilai dunia seisinya.



Dalem kitab suci Al Qur'an diceritakan tentang kumendan semut yang memberi aba-aba kepada komunitasnya buat masuk ke tanah agar tak terinjak pasukan Nabi Sulaiman as tanpa sengaja. Mendengar aba-aba semut yang super lirih, Nabi yang hebat itu juga menyuruh pasukannya yang sudah dalam kondisi siap perang untuk berhenti sak rekaat. Dari kisah itu, tersirat fakta, bahwa semut mengawasi gerak-gerik manusia.



Mungkin, semut-semut di rumah kita juga niteni bahkan ngrasani manusia penghuni rumah. Oo, nek Babe, bangunnya siang, rada kebluk. Pelitnya setengah modiar. Lha si Ibu, sayang pada Babe dan anak-anaknya, tapi kejam pada semut. Paling demen membasmi semut dengan semprotan aerosol insectisida. Putranya, Mas Anu yang gantheng baik hati. Suka bersedekah sejumput gula pasir di dekat sarang semut. Tapi njuk dimarahi Babe : "Jangan boros, jangan memberi makan semut ! Ngotori jubin !" Sedangkan mbak Cantik, orangnya cuek sama semut. Ndak ngganggu tapi ndak pernah bersedekah walau secuil kue. Paling suka foto selfie sambil memerotkan mulutnya. Mungkin, saat kita semua sedang ngapusi, atau nyolong tempe goreng di meja makan, semut-semut sempat mencatat perbuatan kita.

(Malu aku malu, pada semut merah. Yang berbaris di dinding menatapku curiga, seakan dia bertanya : "Sedang apa disini ?" "Menanti pacar," jawabku)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar