Rabu, 03 Mei 2017

KELANGGENGAN PERKAWINAN ADALAH HARGA MATI !

Bapa Dharma Bakti, menikah dengan wanita anggun bernama Ibu Pertiwi. Tapi, secara diam2, dia punya demenan seorang wanita hot ber-body ndangdut. Sebagian gajinya dibocorkan untuk mbanjani demenannya itu. Pendapatannya dipakai buat beli rumah untuk demenannya, blanja buat perhiasan, tas, sepatu, pakaian, biaya listrik, air minum, jalan2, nongkrong di cafe, piknik dll. Dia pun mulai pandai berbohong, ber-lelamisan bahkan mengkhianati istrinya. Hari weton, foto wajah, tanggal lahir, sirikan dan kareman serta rahasia2 pribadi istrinya, dibocorkan suami, agar demenan itu berkesempatan menyanthet istrinya dari segala penjuru. Tak seorangpun tahu kecurangan itu kecuali dirinya dan istrinya, serta ibu2 arisan yang gigih mencarai bahan gusip. Tidak juga Pak Min tukang kebon, Yu Tum, Yu Mar dan Mbok Raji para bedinde po neh Kang Toyib, si sopir.



Kepada dunia luar dia tunjukkan secara artificial, sumpah setianya kepada sang istri. Katanya : “Aku setia pada Ibu Pertiwi. Kelanggengan perkawinan kami adalah harga mati.” Semua orang kagum, terharu dan ter-inspirasi oleh ke-perwira-an suami ideal itu. Hanya Ibu Pertiwi herself yang merasa ngenes, tapi tak berdaya. Betapa dia setiap saat menemukan kwitansi pembelian dan pembayaran ini itu, yang bukan buat dirinya. Ticket pesawat perjalanan tamasya, kwitansi nginep seminggu di resort eksotik dst dst. Betapa dia juga sering menemukan pesan2 singkat mesra dari suaminya ke seorang wanita atau sebaliknya. Komplit dengan “mmmuuah”.

Ibu Pertiwi sungguh bersusah hati. Kelanggengan perkawinannya dirongrong oleh sang suami. Hatinya mulai ragu, apakah kelanggengan perkawinan adalah sebuah harga mati, ataukah merupakan hasil perhitungan untung rugi transaksional ? Demi keselamatan nasibnya, nafkahnya dan biaya pendidikan anak2nya? Ber amr makruf nahi mungkar pada suami hanya mampu dilakukan dengan cara bertidak-bersetuju dalam hati. Ucapan nasehat apalagi action nyata, sudah tak brani dilakukannya lagi. Posisinya sudah terlalu terpinggir. Doa2 yang kian rajin dilantunkan, pengajian demi pengajian yang dihadirinya, makin mempertegas kelemahan imannya.

Di luar sana, teman dekat Ibu Pertiwi, ibu2 se arisan mulai ber empati. Mereka menganjurkan Ibu Pertiwi untuk mengajukan tuntutan ke suami, bhawa seorang isteri yang ndak semestinya dibuat mainan sahaja. Bila tuntutan tak digubris, ada hak buat bikin rumah tangga baru yang lebih ayem tentrem. Sementara itu, pasukan Bodrex yang lugu, Pak Min, Yu Tum, Yu Mar dan Mbok Raji serta Kang Toyib, dengan gagah perwira, berikrar, bahkan bawa poster keliling kampung : “Kelanggengan perkawinan kedua Bendara kami adalah harga mati. Jangan kalian, hee para ekstrimis penghasut, cuba2 banyak bacut buat mengusiknya.” Warga kampung yang lebih ndak mudeng akan jeroan keluarga itu, malah ikut2an menangis terharu sambil ramai bertepuk tangan tanda setuju.



Sementara gue, sebagai tukang rosok yang suka ider di dekat rumah keluarga itu, tetep ngeman perkawinan mereka. Sayang setan2 penghuni hati bapa Dharma Bakti, malah dilestarikan dengan berbagai ritual sihir hitam para dukun yang kini berpolitik. Mungkin sudah saatnya Njeng Sunan Kalijaga himself, yang gemar tapa lelana brata, jajah praja, milang kori, menyambung rasa, heart to heart, door to door, turun tangan. Bukan sunan2 tiruan makelar politik. Bukan pula ruhaniawan oportunis bayaran, ulama dunia yang papan kayu pelem-pun tak sudi jadi peti matinya..

Bapa Dharma Bhakti perlu diruwat, agar kebesaran mahluk di hatinya, digantikan oleh kebesaran Gusti Allah, Sang Hyang Guru Jagad Nata Saha Sejati. Dengan cara itu segala macem res2, rereged, energy negatip dan kesialan yang selama ini diberi kursi nyaman dihatinya, bisa dikeluarkan lalu dikembalikan ke alamnya masing2 dengan sukarela dan tanpa tukon yang ber-darah2.

Bila itu semua udah dilakuken, bulehlah kita semua buka bacut : "NKRI eh Kelanggengan Perkawinan adalah harga mati !"

JODOH YANG MEN-SUWARGA-KAN

Mas A adalah seorang pemuda sehat, 40 tahun, gagah, tampan, sudah punya bisnis mapan yang menjadi asbab rejekinya cukup mantab. Tapi belum menikah.

Mbak B adalah seorang wanita karier yang cantik, berbody guitar espanyola, kulitnya putiih haluus lumer, umurnya juga menjelang 40 tahun. Nasabnya baik, pinter, prigel dan berkelakuan baik. Sayang, jodohnya belum datang.

Dalam wawancara terpisah, tentang kenapa masih melajang, baik Mas A maupun Mbak B, memberikan jawaban sama. Kata mereka : "Aku mencari jodoh dunia akherat. Pasangan hidup yang bisa men-suwarga-kan aku."



Seperti apa jodoh impian Mas A ? Wanita, cantik, lembut, bahenol, setia, penyabar, bisa menerima kekurangannya, tak banyak menuntut lagi soleha ? Kayak apa pulak jodoh impian Mbak B ? Pria muda, dewasa, mapan kariernya, tegar pendiriannya, mengayomi, sempulur rejekinya, njuk bagus mirip Arjuna lagi soleh imannya ?

Sedherek kinasih, dalam sebuah kisah diceritakan ttg suami isteri calon penghuni suwarga. Yang lanang cacat, jelek, item, rejekinya seret dan ngentutan. Yang wadon cuantik, putih, mulus, bahenol, keturunan bangsawan, setia, sabar, soleha dll dll dll.

Yang lanang masuk syurga gara2 tiap detik dia bersyukur. Pikirnya : "Engatase, seekor aku kok ya diparingi istri ideal. Jaan Tuhan Maha Apikan." Yang wadon masuk surga dgn predikat summa cum lauda, gara2 tiap hari dia bersabar atas anugerah musibah yang dijatahkan padanya.

Sayang, belum ada seorangpun diantara sohib2 sutrisna yang kersa menceritakan kisah ini pada Mas A dan Mbak B. Padahal waktu terus berjalan. Eman2 nek keduanya beranjak tua, njur ngerti2 wis kadung sayup.

MENYELINGKUHI PACAR


Mas Joko punya pacar namanya mBak Siti. Tiap Rebo dan Setu Sore dia rajin apel dan selalu on time. Para tetangga memuji ke-konsekwen-annya. Pemuda istimewa yang setia. Tapiii, sebetulnya bulehnya dia rajin dan on time, ada sebabnya. Tiap rebo, sebelum apel, dia mampir ke satu warung pecel deket rumah pacarnya. Mbok Randa Dhadhapan, yg konon adalah owner of the warung punya putri cuantik. Namanya mBak Nani. Beli pecel sembari guyon parikena barang 30 menit dgn mBak Nani, bener2 bikin dadanya bergemuruh penuh gairah.



Njuk tiap setu bakda asar, sebelum apel dia mampir ke warnet, se RW dgn rumah pacar. Penjaga warnet ini seorang mahasiswi yang lembut wajah dan budi bahasanya. Namanya mBak Hanny. Nge-net sembari menggombal Mbak Hanny, bikin hatinya adem. Dia suka mengkhayal, suk tembe mburine, nek udah umah2, akan pinik dgn istri dan anak2nya. Cilakaknya, wajah istri dalam khayalannya itu kok ya Mbak Hanny.

Mas Joko telah menyelingkuhi kekasihnya, walau blum ke level ihik2. Bagaimana dgn mBak Siti. Jebul dia tahu semua ulah kenakalan kekasihnya. Tapi dia diam saja. Pintu ma'af selalu ada buat Mas Joko. Warung pecel dan warnet itu dia yang punya. Mbok Randa Dhadhapan dan mBak Hanny itu karyawatinya. Mereka berdua yang melaporkan kelakuan usil Mas Joko.

Para sedherek kinasih dan jemiwit, mungkin begitu pula kelemah-lembutan Tuan Allah. Bahkan jauh melebihi. Kita menyelingkuhi-Nya dengan banyak hal. Dengan makhluk2 (ciptaan2) Nya. Tapi Beliau, Tuan Allah tetep saja semanak dalam menerima apel kita.

Padahal hal2 itu, tuan2 tiruan yang kita tuan-kan itu, semua ber-tuan-kan Tuan Allah semata.

Tabik.