Rabu, 31 Agustus 2016

JANGAN LIWAT PULISI, YA TUHAAAN

Bang Sapto adalah seorang yang relijius, jujur dan lugu. Iman dan yakinnya amat kental. Satu hari, dia menulis surat buat Tuhan, mohon diparingi duit yang penuh keberkahan. Diambilnya secarik kertas, lalu dia tulis SURAT KEPADA TUHAN. Isinya mengabarkan kesyukuran atas karunia kesehatan, kebahagiaan dan hidup yang menyenangkan. Diakhir surat dia memohon diberi duit barang Rp.500.000,- buat mbayar SPP anak2nya. Surat dilipat rapi, dimasukkan ampelop. Tak lupa dibubuhkan perangko secukupnya. Lalu surat dimasukkannya ke bis surat.



Ndilalah kersaning Allah, tanpa disadarinya, bolehnya dia memasukkan surat rada menceng. Setelah dia pergi, angin bertiup amat kencang, lalu suratnya lepas dari gigitan bolongan bis surat. Lepas dan melayang-layang tertiup angin, lalu jatuh di depan sebuah pos pulisi di tepi jalan.

Adalah Briptu Rudy yang kemudian mak jegagik menemukan surat itu setelah menolong nenek2 buat nyebrang jalan. Lalu diambilnya surat itu dan diduduhkannya kepada 3 orang rekannya. Katanya : “Teman2, ini ada surat yang lucu. Mosok ada orang nulis surat buat Tuhan. Lucu, ya ? Mari kita buka”



Singkat kata, surat itu dibuka. Mereka terharu setelah membaca kata demi kata, kalimat demi kalimat. Aura relijius Bang Sapto benar2 terpateri dalam setiap goresan ballpoint. Ketulusan dan kesungguhannya, menggedor-gedor hati para pulisi. Dengan mata berlinang, Briptu Rudy berkata serak : “ Mari kita urunan untuk membantu memenuhi kebutuhan saudara kita yang bernama Pak Sapto. Sepagi dan siang ini kalian sudah dapat duit cegatan tilang berapa, mohon dikumpulkan.” Lalu Briptu Rudy dan ke tiga rekanan urunan sehingga terkumpul duit sebanyak Rp.400.000,- Uang dimasukkan dalam ampelop (jangan kuaitir di pos banyak ampelop yang belum ditulisi) lalu diberi alamat tujuan KEPADA PAK SAPTO. Njuk di bagian belakang ampelop ditulisi SIP (maksudnya si pengirim) TUHAN.

Kemudian surat itu diantarkannya ke rumah Bang Sapto. Kebetulan ybs sedang thenguk2 di teras rumah sambil mbaca koran edisi kemarin. Setelah uluk salam dan berbasa-basi sejenak, Briptu Rudy menyampaikan SURAT DARI TUHAN, kemudian pamitan mohon diri. Soeda barang temtoe Bang Sapto amat bersoeka tjita. Bila tak ingat oesia, terboleh djadi dia soeda melontjat-lontjat karena girang gumbira.

Sepeninggal Briptu Rudy, Bang Sapto sigra membuka surat itu. Waaow isinya lembaran2 merah, duit seratus ribuan. Tapi, lho kok cuma empat lembar ? Kemana yang selembar ? Spontan terbayang di matanya sosok Briptu Rudy. Kacamata hitamnya, suara baritonnya dan ……. seragamnya. Ya, seragamnya adalah uniform pulisi. Oooo .. ini to sebabnya, mengapa duit yang seharusnya lima lembar cuma ada empat lembar.



Lalu Bang Sapto berdoa lagi. Mengucapkan kesyukuran atas karunia kesehatan, kebahagiaan dan hidup yang menyenangkan. Diakhir surat doa memohon kepada Tuhan : “Yaa Tuhan mohon ngenjang malih anggenipun maringi arto, mbok langsung kemawon. Mboten usah liwat pulisi.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar